iman akan menuntun seseorang menemukan ilmu untuk bekalnya berjalan dimuka bumi , Ing ngarso { didepan/diawali ] ilmu didapat dari sesama manusia baik berupa saran nasehat , kritik ataupun sekolahan …namun untuk sebuah pengabdian hidup penemu ilmu itu harus mengikuti ( I’tiba ) pada sunah yang indah ( sun tulodo ) , sunah yang baik kadang bisa berasal dari penampilan se-ekor kodok didalam tempurung atau pada diri petani ditengah sawah …tidak mesti dari seorang yang tersohor atau berkedudukan tinggi . Ing Madya [ Dalam tengah perjalanan ] hidup semua amal perbuatan harus didasari oleh Karso [ mangun karso ] atau Iradah diri yang telah dianugerahkan oleh Gusti Yang Maha Suci , jika belum tau juga mulailah dari udo roso [ menanggalkan rasa diri ] sehingga terjelaslah wujud rasa yang bertahta dalam mahligai teleng diri [ yang hanya berguna untuk membangun duniawi ] .
Tut wuri { Pada akhirnya ] sebuah perjalanan hidup selayak sebuah kompetisi siapa dapat meraih piala diakhir hayatnya adalah bergantung pada usaha yang ditempuhnya , Banyak yang berakhir tapi ada satu yang tak berakir yaitu Akhire – Roh [ Akhirat ] dialah yang dapat mencapai finis lalu mengambil piala kompetisi kehidupan , hidup yang Handayani adalah yang berhasil mendapatkan piala hidup bukan yang mencapai finis lalu menyerahkan hasil kompetisi pada wasit yang dianggap ada dalam kompetisi , kompetisi itu pengadil wasitnya adalah diri sendiri demikian juga pesertanya maka dijumpai bahwa setiap yang bernafas itu mati [ berakhir hidupnya ] dan orang mati tidak akan dapat bergerak menyongsong piala …hanya yang sanggup bertahan dalam hidupnya [ di akhiroh ] yang dapat mendapati piala [ kelanggengan jati ].
Tidak jujur jika seseorang mengaku beriman [memiliki iman] jika belum mengenali Sang Pemberi Iman , namun demikian kejujuran juga muncul walaupun cuma lamis dibibir saja , karena untuk mengenali Iman seseorang harus kenal dengan hati [ isoteres ] yang tidak ada sangkut pautnya dengan jasmani [ wadak ].
Hati itu juga disebut Kalbu dan adanya Esa / Tunggal tidak terbagi dan tersekat sekat sebagaimana hati rohani yang jumlahnya mencapai tujuh perkara .
Keadaan Hati tempat bersemayamnya Iman telah terdahulu disebut dalam keadaan " Tan keno kinaya ' [ tak bisa dimisalkan ] dikatakan seperti Cermin hanyalah iktibar untuk mendekatinya , keadaan yang demikian pelik itu memiliki hukum wajib bagi manusia yang mau menjadi " Insan agama ".
MUKMIN.
Oleh karenanya Iman bukanlah barang warisan seperti halnya istana raja yang bisa diperebutkan , Iman harus ditemukan dan dibuktikan sendiri keberadaannya , orang yang telah mendapatkan kepercayaannya sendiri disebut dengan Mukmin [ orang dipercaya ].
" amat besar kemurkaan disisi Allloh bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan " [ QS ash-shaf 03]
wallohus salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar