Islamic Widget

Senin, 22 Maret 2010

Sangga Bumi

Dibawah bumi didasar samudra
Awan berarak langitpun berseri
Dalam Bumi didasar Samudera
Kawan Sendiri sukaria
Alam berseri merah merona

Melihat mentari didasar samudra
Menyambut hari yang bermakna

Jumat, 19 Maret 2010

Wasiat Sang Ratu ( Woelangreh )

Serat Woelangreh,
Karya ( Seratan ndalem ) Kanjeng Sunan Paku Buana IV. Ing Kraton Soerakarta Hadiningrat (menjadi raja dari th 1788- th1820). merupakan wasiat yang harus diikuti bagi segenap anak cucu ku , sakabatku , kesemuanya )

I. PUPUH
DHANDHANGGULA
01
Pamedare wasitaning ati, jumantaka haniru Pujangga, dahat muda ing batine. Nanging kedah ginunggung, datan wruh yen akeh ngesemi, ameksa angrumpaka, basa kang kalantur, turur kang katula-tula, tinalaten rinuruh kalawan ririh, mrih padanging sasmita.

( Bermula dari terbukanya keadaan rahasia qalbu , maka janganlah suka memposisikan diri dengan ber fatwa bagai orang yang sudah berilmu , jika keadaan pengetahuan diri sendiri masih sangat dangkal . Harusnyalah terlebih dahulu mengupayakan kemampuan diri , dengan tiada takjub terhadap sesuatu hal yang dijumpai , jangan terburu-buru atau memaksakan diri , selagi masih belum mendapati tertibnya kalam , janganlah berfatwa karena akan merugikan diri sendiri , haruslah lebih teliti dalam waspada terhadap keadaan diri sendiri , untuk menggapai anugerah cahaya badihi.)

02
Sasmitaning ngaurip puniki, mapan ewuh yen ora weruha, tan jumeneng ing uripe, akeh kang ngaku-aku, pangrasane sampun udani, tur durung wruh ing rasa, rasa kang satuhu, rasaning rasa punika, upayanen darapon sampurna ugi, ing kauripanira.

(: Adalah yang terahasia dari kehidupan ini , jika dapat mengerti apa yang semula tidak diketahui , yaitu sesuatu yang tiada mengambil tempat dalam hidupnya , banyak sudah yang merasa memiliki pengetahuannya , merasa sudah tanggal rasa dirinya , meski sesungguhnya belum mengerti keadaan rasa diri yang sejati . adanya rasa sejati upayakan hingga sempurna dalam kehidupanmu ).

03
Jroning Quran nggoning rasa yekti, nanging ta pilih ingkang unginga, kajaba lawan tuduhe, nora kena den awur, ing satemah nora pinanggih, mundak katalanjukan, tedah sasar susur, yen sira ajun waskita, sampurnane ing badanira, sira anggugurua.

( Didalam al Qur’an adanya pengetahuan rasa sejati , tidak sembarang orang dapat mengetahui rahasia dalam al Qur’an , kecuali orang yang dapat petunjuk-Nya , tidak boleh asal mentafsirkan saja , tidak akan menuai hasil , malah akan merusakkan diri , akhirnya akan tersesat. Jika engkau hendak mengerti , kesempurnaan dalam diri pribadi , belajarlah engkau pada guru yang sejati.)

04
Nanging yen sira ngguguru kaki, amiliha manungsa kang nyata, ingkang becik martabate, sarta kang wruh ing chukum, kang ngibadah lan kang wirangi, sokur oleh wong tapa, ingkang wus amungkul, tan mikir pawewehing liyan, iku pantes sira guronana kaki, sartane kawruhana
.
( Jika engkau hendak belajar juga , pilihlah manusia yang nyata benarnya , yang baik martabahnya , serta mengerti dalamnya hukum , dan tiada kurang dalam ber-ibadah , syukur mendapati ahli I’tikaf / tapa-semedi , yang sudah menguasai segalanya , dan tiada memikirkan pemberian dari orang lain , itulah orang yang pantas jadi pembimbing , maka akan hal ini perhatikanlah ! )

05
Lamun ana wong micara kaki, tan mupakat ing patang prakara, aja sira age-age, anganggep nyatanipun, saringana dipun baresih, limbangen lan kang patang : prakara rumuhun, dalil qadis lan ijemak, lan kijase papat iku salah siji, ana-a kang mupakat.

( Jikalaulah ada yang membicarakan , dan idak mufakat ke-empat perkara , janganlah terburu-buru , menganggap sudah nyata benar , saring dan pertimbangan yang jernih , waspadalah pada kebenaran empat perkara yaitu ; dalil ( al Qur’an ), Hadis , Ijmak dan khiyas dan ke ampatnya itu menyatu tiada yang bersalahan ( mufakat ).

06
Ana uga den antepi, yen ucul saka patang prakara, nora enak legetane, tan wurung tinggal wektu, panganggepe wus angengkoki, aja kudu sembah Hajang, wus salat kateng-sun, banjure mbuwang sarengat, batal haram nora nganggo den rawati, bubrah sakehing tata.

( Adalah yang harus diperhatikan , jika ada yang lepas dari empat perkara itu , tidak akan membawa kenyamanan , karena tinggal menunggu waktu , menganggap sudah menguasai , tidak harus sembahyang , jika sudah melaksanakan sholat ,lalu menghilangkan syariat , tidak memperhatikan hal yang batil dan terlarang , maka rusaklah segala aturan.)

07
Angel temen ing jaman puniki, ingkang pantes kena ginuronan, akeh wong jaya ngelmune, lan arang ingkang manut, yen wong ngelmu ingkang netepi, ing panggawening sarak, den arani luput, nanging ta asesenengan, nora kena den wor kakarepaneki, pancene prijangga
.
( Sungguh sulit keadaan di zaman sekarang , orang yang pantes dan layak untuk dijadikan pembimbing , banyak orang tinggi benar ilmunya, tapi justru jarang ada yang mengikut , jikapun ada yang berbuat menegakkan ilmu , sesuai dengan hukum , malah dibilang nyalah , tiada disukai , tidaklah dapat bercampur segala kehendak , demikianlah yang harus diwaspadai ).

08
Ingkang lumrah ing mangsa puniki, mapan guru ingkang golek sabat, tuhu kuwalik karepe, kang wus lumrah karuhun, jaman kuna mapan si murid, ingkang pada ngupaya, kudu angguguru, ing mengko iki ta nora, Kyai Guru narutuk ngupaya murid, dadiya kantira

( Pada umumnya yang berlaku dimasa sekarang , pembimbing justru yang mencari sabat yang akan dibimbing ,sungguh sudah zaman terbalik , padahal yang lumrah sejak dahulu muridlah yang seharusnya berupaya menemukan -mendatangi guru pembimbingnya , namun kenyataan sudah beda , kyai guru justru susah payah mencari murid yang akan dibimbingnya) .

------------------------------------
nuwun meniko nembe bab I.

TRAH PENGGING kiriman M Nur

M NurSatya Al-Husaini @Bani Efendi..trah pengging? apa turunan Jaka Tingkir bin Ki Ageng Pengging / Kebo Kenanga juga?..kl iya berikut bbrp data silsilah Jaka Tingkir jalur ayah & ibunya:


Jaka Tingkir bin
- Ki Ageng Pengging alias Kebo Kenongo bin
- Andayaningrat / Jaka Sengara (Menikahi Retno Pembayun binti Brawijaya V,dst + Dewi Murdaningrum binti Raja Champa? silsilah ke atas campa lain waktu aja ya?) bin

- Raja Buaya Putih + Putri Asmayawati / Dewi Asmaya Sekar binti
- Prabu Anglingdriya [Raja Pengging] / Ki Juru + (Dewi Kencana Wulan / Kencanawati binti Brawijaya III,dst) bin

-Prabu Pancadriya (+Dewi Gandrawati) bin
- Prabu Citrasoma (+Dewi Sriati) bin
- Prabu Kusumacitra (+Dewi Soma) bin
- Prabu Jayaamisena, [Raja Kediri/Mamenang] (+Dewi Citraswara) bin
- Prabu Jayamijaya (+Dewi Satami) bin
- Sang Prabu Sri Aji Jayabaya (+Dewi Sara)

Dari data di atas Jaka Tingkir sbg raja Pajang, keturunan Para Raja Pengging dan Kediri..juga ada tautan ke Majapahit (Brawijaya)
Silsilah dari Brawijaya Majapahit sampe ke Ken Arok Singasari sudah masyhur dan banyak beredar di Internet, jd mungkin tidak perlu sy tulis silsilahnya..yang mungkin orang Jawa belum banyak tahu silsilah Ayah Raden Wijaya pendiri Majapahit yang ke kerajaan Sunda..(Raden Wijaya dalam Babad Tanah Jawi disebut sebagai Jaka Sasuruh dari Pasundan) saya juga megang datanya, namun tdk perlu sy sampaikan sekarang

Lantas silsilah garis ibu Jaka Tingkir yang diketahui sy selaku anggota Rabithah Azmatkhan, adalah jalur silsilah Jaka Tingkir yang bersambung ke Azmatkhan Al-Husaini melalui ibu beliau ke Rasul melalui Sunan Kalijaga dan Syeikh Sidi Jenar.

Jaka Tingkir beribukan Nyai Ratu Mandoko / Nyi Ageng Pengging binti

A. Jalur Sunan Kalijaga (mnikahi Syarifah Zainab binti Syeikh Sidi Jenar) bribukan:
1. Thabirah binti
2. Ibrahim Asmaraqandi bin
3. Husein Jamaluddin

B. Syarifah Zainab binti Syeikh Sidi Jenar bin :
1. Datuk Shaleh bin
2. Abdul Malik bin
3. Husein Jamaluddin

Silsilah Husein Jamaludin sampai ke Rasul :
1. Ahmad Jalaluddin
2. Abdullah Azmatkhan
3. Abdul Malik Azmatkhan
4. Alawi Ammil Faqih
5. Muhammad Shahib Mirbath
6. Ali Kholi Qasam
7. Alawi
8. Muhammad
9. Alawi
10. Ubaidillah
11. Ahmad Al-Muhajir
12. Isa al-Basri
13. Muhammad An-Naqib
14. Ali Ar-Uraidh
15. Jafar Ash-Shadiq
16. Muhammad Al-Baqir
17. Ali Zainal Abidin
18. Imam Husein
19. Imam Ali bin Abi Thalib + Fathimah binti
20. Nabi Muhammad SAWW

Adapun Silsilah Kalijaga, kakek Jaka Tingkir ke sayidina Abas, tepatnya belum diketahui Rabithah Azmatkhan krn ada beberapa versi, rabithah azmatkhan hanya mencantumkan Sunan Kalijaga sbg turunan Abbas..
Salah satu versinya yg saya data:

Abdul Muthalib (kakek Nabi Muhammad saw) berputra
Abbas, berputra :
1. Abdul Wakhid, berputra
2. Mudzakir, berputra
3. Abdullah, berputra
4. Kharmia, berputra
5. Mubarrak, berputra
6. Abdullah, berputra
7. Madhra’uf, berputra
8. Arifin, berputra
9. Hasanudin, berputra
10. Jamal, berputra
11. Akhmad, berputra
12. Abdullah, berputra
13. Abbas, berputra
14. Kouramas, berputra
15. Abdur rakhim (Aria Teja, Bupati Tuban) berputra
16. Teja Laku (Bupati Majapahit), berputra
17. Lembu Kusuma (Bupati Tuban), berputra
18. Tumenggung Wilatikta (Bupati Tuban), berputra
19. Raden Mas Said (Sunan Kalijaga)

...versi lain nyambungin beliau sbg orang Jawa Asli turunan Ronggolawe



Tentang Jaka Tingkir sebagai basyeban? wallahu alam bishowab

Yang pasti dari versi nasab di atas, secara sejarah menjadi jelas selain adanya hubungan guru murid ternyata ada hubungan kekerabatan juga..misal Kebo Kenanga (Ayah Jaka Tingkir) selain murid dari Syeikh Sidi Jenar juga merupakan cucu mantunya..lantas Jaka Tingkir selain murid dari Sunan Kalijaga, juga merupakan cucu beliau.

Tentang adanya versi lain ibu Jaka Tingkir : Roro Alit binti Sunan Lawu bin Brawijaya V .. tidak terdata di rabithah krn memang bukan jalurnya..bagi versi azmatkhan mungkin Roro Alit memang istri lain dr Ki Ageng Pengging / Kebo Kenongo, namun bukan ibu dari Jaka Tingkir..wallahu alam bishowab..yg pasti silsilah ibu Jaka Tingkir versi azmatkhan spt diatas bisa menjelaskan sejarah hubungan guru dan murid yg ternyata juga saling berkerabat
Rab pukul 12:05 · Laporkan